Monday, December 2, 2019

Histeroskopi (pertama) di RS Grand Family (Endometritis)

Setelah gagal histeroskopi pertama (Senin, 28 Oktober lalu) akibat siklus ovulasi istri yang kacau, di siklus berikutnya ini istri berhasil menjalani tindakan histeroskopi untuk melihat kondisi dalam rahim, sebelum nantinya memulai frozen embryo transfer.

Istri haid tanggal 22 November dan akan histeroskopi di hari ke-9 sampai ke-11 paska haid, suster menjadwalkan hari Senin tanggal 2 Desember. Senin sore kami tiba jam 17.30 di RS Grand Family, istri diminta memasukkan obat Tramal (suppository 100 mg) dari anus untuk meringankan rasa sakit saat tindakan nanti, namun karena obatnya bikin mual jadi disarankan agar makan dulu. Usai makan jam 18 obat dimasukkan, lalu istri rebahan di kamar tunggu sampai jam 18.30 baru dipanggil masuk ke ruangan dr. Gita.

Proses histeroskopi berlangsung cepat sekitar 10 menitan, mesin yang ada di sini masih baru dan lebih canggih karena bisa merekam video dan memfoto dibanding mesin yang dulu pernah kami pakai di RSCM Kencana (Klinik Yasmin), juga hasilnya bisa kita simpan di flashdisk yang memang sudah diingatkan suster untuk dibawa sendiri.

(fyi, mesin histeroskopi di Klinik Yasmin masih rusak sampai sekarang dan pengadaannya masih menunggu tender offer yang mungkin akan baru ada tahun depan, sehingga pasien dr. Gita yang mau histeroskopi dirujuk ke RS ini.)

Sambil melihat hasil kamera yang masuk sampai ke dalam rahim istri, dr. Gita menjelaskan yang terlihat di layar, ada guratan merah di beberapa tempat dalam dinding rahim istri, ini dinamakan endometritis, yaitu peradangan pada dinding rahim yang umumnya disebabkan oleh infeksi.
endometritis pada dinding rahim
endometritis pada dinding rahim
endometritis pada dinding rahim
endometritis pada dinding rahim
endometritis pada dinding rahim yang menuju ovarium
endometritis pada dinding rahim yang menuju ovarium
dr. Gita meresepkan obat antibiotik yang dikonsumsi dua kali sehari untuk mengobatinya. Istri menjelaskan bahwa haidnya yang kemarin tidak keluar banyak darah, hanya flek-flek saja.

Karena haid kemarin kurang lancar, dan ditakutkan terjadi kehamilan, jadi untuk amannya sebelum minum antiobiotik tersebut dr. Gita menyarankan agar istri cek kehamilan dengan testpack, bila hasilnya negatif agar diulang seminggu lagi.

Sepanjang perjalanan pulang hingga dini hari, istri masih merasakan efek nge-fly dari obat Tramal tadi.

Besoknya (3 Des) istri testpack dan hasilnya negatif, namun pada hari Kamis pagi (5 Des), istri merasa haid keluar darah merah coklat sedikit dan ada sedikit gumpalan darah. Setelah whatsapp dengan dr. Gita, dijawab "Sepertinya siklus ini tidak ada ovulasi jadi memang tidak bisa diprediksi, kadang keluar darah atau flek. Diobservasi saja, biasanya kalau sudah ada haid normal, siklus kembali normal."

Jadi tanggal 5 Desember ini istri baru haid yang sebenarnya selama 7 hari ke depan, sedangkan haid yang tanggal 22 November lalu tidak haid lancar dan hanya keluar flek saja.

Karena sudah haid dan yakin tidak hamil, istri minta izin untuk minum obat antibiotiknya mulai hari ini (5 Des) dan dibolehkan dr. Gita. Setelah selesai konsumsi obat antiobiotik, istri disarankan histeroskopi lagi untuk melihat apakah endometritis ini sudah sembuh.

kuitansi RS Grand Family (23 Des 2019)

Total investasi = Rp 2,145,195 (belum termasuk obat antibiotik)
Biaya administrasi rawat jalan = Rp 65,000

Materai = Rp 6,000
Biaya obat-obatan = Rp 139,195
Paket rawat (Office Histeroscopy) = Rp 1,935,000

note: karena kuitansi tanggal 12 Des hilang jadi saya samakan dengan kuitansi tanggal 23 Des, sebab tindakannya sama (histeroskopi), hanya saja di tanggal 12 Des ini ada tambahan obat antibiotik.

No comments:

Post a Comment