Monday, August 29, 2016

Selamat jalan Papi

Satu hal yang kami belum sempat penuhi keinginan Papi hingga akhir hayatnya adalah memberikan seorang cucu baginya, namun kami akan tetap selalu berusaha mewujudkannya meski kini Papi telah tiada.

Senin 29 Agustus 2016 jam 16.50 sore, di usianya yang ke 72 tahun, Papi meninggal dengan tenang di rumah sambil didampingi oleh istri saya dan beberapa orang saudara. Sepulang kantor saya tiba di rumah jam 17.30 namun sudah telat tidak sempat menemani kepergian Papi.

Ceritanya berawal di akhir 2014, Papi mulai sering sakit perut dan saat buang air besar kadang berdarah. Awalnya dikira sakit perut biasa dan didiagnosis sakit wasir, namun setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter spesialis penyakit dalam dengan metode Endoskopi dan Kolonoskopi akhirnya terdeteksi kalau ada kanker di usus besar dengan stadium lanjut.

Awalnya Papi berjuang tanpa mau dioperasi, hanya bolak-balik masuk rumah sakit untuk diopname saat sakit perutnya sudah tidak tertahankan. Namun karena ukuran kankernya sudah semakin membesar dan menghalangi saluran usus besarnya akhirnya tindakan operasi harus dilakukan.

Desember 2015, di rumah sakit Pelni Petamburan, Papi berhasil menjalani operasi pertamanya untuk pengangkatan kanker di bagian usus besar dan sedikit di bagian usus kecil. Karena usus besarnya tidak bisa langsung disambung, jadi Papi dibuatkan lubang kolostomi untuk membantu membuang kotoran tinjanya. Dikarenakan Papi membutuhkan perawatan yang lebih intensif paska operasi, kami memanggil seorang pramurukti (perawat) bernama Mas Umam asal Magelang, beliau selalu setia merawat Papi dengan telaten.

Seharusnya tiga bulan setelahnya Papi dijadwalkan untuk operasi kedua buat penyambungan usus, namun karena Papi masih merasa nyaman dengan kondisinya yang sekarang jadi ditunda dulu. Namun bulan Juni 2016, terjadi infeksi di bagian dalam usus besarnya, mau tidak mau harus dilakukan operasi penyambungan usus tersebut.

Sayangnya operasi keduanya ini kata dokternya boleh dikatakan hanya berhasil 75% saja. Dokter menyampaikan bahwa penyebaran kankernya sudah semakin meluas dan tidak dapat diangkat semua karena terlalu riskan.

Semenjak itu kondisi Papi semakin memburuk, nafsu makannya berkurang, berat badannya jauh menurun, hingga akhirnya Papi wafat dengan tenang di akhir Agustus 2016 ini. Papi dimakamkan di atas kuburan Mami yang sudah lebih dulu wafat pada tanggal 14 Desember 2011 lalu di TPU Rawa Kopi, tepat 10 hari setelah hari pernikahan saya (4 Desember 2011).

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada para dokter yang telah membantu merawat Papi, khususnya dr. Viviana spPD (RS Karang Tengah Medika), dr. Undang Sumarna spPD dan dr. Arnold Simanjuntak spBD (RS Pelni Petamburan).

Banyak beban psikis yang harus kami hadapi selama menemani Papi, hal ini mungkin turut berpengaruh terhadap kondisi saya dan istri hingga berakibat kurang optimalnya perkembangan ovum istri saat menjalani program IVF.

Semoga ke depannya kami dapat kembali menata kehidupan kami hingga dapat berjalan normal kembali. Saat ini hanya tinggal Mama istri saya yang menjadi orang tua kandung kami, semoga kami masih sempat membuatnya bahagia dengan memberinya cucu. Aamiin..

Monday, August 15, 2016

Ovum tidak optimal untuk melanjutkan IVF

Senin pagi (15 Agustus/haid hari ke-6) istri pergi sendiri ke lab. Pramita di Matraman untuk ambil sampel darah buat keperluan tes LH, FSH, dan Estradiol.

Setelah itu langsung menuju Omni Pulomas untuk konsultasi dengan dr. Caroline. Istri akan di-USG untuk melihat perkembangan ovum setelah disuntik Gonal-f dosis 225 IU selama 4 hari.

Saat di-USG sayangnya ovum istri kurang berkembang optimal, dr. Caroline mengembalikan keputusan pada kami apakah akan melanjutkan atau tidak, namun dr. Caroline lebih menyarankan ditunda dulu IVF di siklus ini. Istri saya langsung menangis mendengarnya, sayangnya saya sedang tidak bisa menemani saat itu.

Saat ini memang ada banyak tekanan yang kami hadapi, terutama beban psikis karena ayah saya sedang kritis menghadapi sakit kanker usus besarnya yang sudah stadium lanjut. Mungkin hal ini berpengaruh ke hormon istri sehingga perkembangan ovumnya menjadi kurang optimal.

Padahal saya sudah sempat membeli tambahan 1 boks Gonal-f 1050 IU dengan kenalan dr. Caroline untuk kebutuhan suntik lanjutan, karena sisa Gonal-f 1050 IU sebelumnya sudah terpakai 225 IU/hari selama 4 hari, jadi dosisnya tinggal tersisa 150 IU. Juga sudah membeli suntikan Cetrotide 250 mcg sebanyak 5 buah.

Namun karena IVF-nya tidak dilanjutkan, jadi obat-obatan ini kami simpan dulu di kulkas sampai siap IVF di siklus berikutnya.

Hasil tes lab Pramita di haid hari-6 istri adalah:
LH 1,14
FSH 11,95
Estradiol 57,01


hasil tes lab Pramita (saat haid hari ke-6)
biaya tes lab Pramita (saat haid hari ke-6)
kuitansi Gonal-f 1050 IU di apotek Bhakti Medika
kuitansi Cetrotide Vial 250 mcg di apotek Bhakti Medika
Gonal-f 1050 IU (tampak depan)
Gonal-f 1050 IU (tampak belakang)

Total investasi = Rp 12,874,300 
Biaya di rumah sakit:
Administrasi rawat jalan = Rp 35,000
Jasa dokter rawat jalan = Rp 400,000

USG transvaginal tanpa print = Rp 179,000
Disposible USG = Rp 1,300


Biaya di luar rumah sakit:
Gonal-f 1050 IU (1 boks) = Rp 7,900,00
Cetrotide Vial 250 mcg (5 buah) @ Rp 625,000 = Rp 3,125,000
Lab. Pramita (tes LH, FSH, Estradiol) = Rp 1,234,000
 

Friday, August 12, 2016

IVF pertama kami

Rabu 10 Agustus istri haid, siklusnya hanya 25 hari dari haid sebelumnya, lebih cepat dari yang kami perkirakan.

Karena belum sempat membeli obat Gonal ke kenalan dr. Caroline, saya langsung menelepon apotek Megaria Farma di Salemba, alhamdulillah stok Gonal 1050 IU sebanyak 1 boks masih tersedia. Rabu malam sepulang kantor saya langsung meluncur ke sana.

kuitansi Gonal-f 1050 di apotek Megaria Farma
Kamis pagi 11 Agustus, saya menemani istri ke lab Pramita di Matraman. Jam 7.30 istri diambil sampel darahnya untuk keperluan tes LH, FSH, dan Estradiol. Hasil tes lab ini harus menunggu paling cepat sekitar 4 jam, jadi nanti hasilnya akan dikirimkan langsung dari Pramita ke dr. Caroline via whatsapp.

Kami langsung meluncur ke Omni Pulomas. Jadwal dr. Caroline mulai dari jam 9 pagi. Setelah berkonsultasi terkait rencana IVF kami, dr. Caroline meminta istri untuk mulai suntik Gonal-f dengan dosis 225 IU mulai siang hari ini (jam 11) selama 4 hari ke depan. Juga minum obat Dexamethasone 0,5 mg sebanyak 2x sehari.

Karena baru pertama kali menggunakan Gonal-f dosis 1050 IU, kami dibantu oleh suster jaga untuk mencampurkan cairan di dalam suntikannya, serta dicontohkan juga cara menyuntik sendiri.

Istri dijadwalkan datang konsultasi kembali hari Senin (15 Agustus) untuk dilihat perkembangan ovumnya melalui USG. Paginya datang dulu ke Pramita untuk tes lab lagi (LH, FSH, dan Estradiol), setelah itu baru bertemu dr. Caroline.

Kami mengambil hasil tes lab ini saat hari berikutnya kami kembali ke sana. Berikut ini hasil tes lab istri di haid hari ke-2, yaitu:
LH 0,19
FSH 1,67
Estradiol < 5,00
Kesimpulan dari dr. Caroline, cadangan ovum istri masih mencukupi dan siap untuk menjalani program bayi tabung.

hasil tes lab LH, FSH, dan Estradiol
biaya tes lab Pramita (saat haid hari ke-2)
Total investasi = Rp 9,807,900
Biaya di rumah sakit:
Administrasi rawat jalan = Rp 35,000
Jasa dokter rawat jalan = Rp 400,000

USG transvaginal tanpa print = Rp 179,000
Disposible USG = Rp 1,300


Biaya di luar rumah sakit:
Gonal-f 1050 IU (1 boks) = Rp 7,948,600
Alcohol swab (20 buah) = Rp 10,000 
Lab. Pramita (tes LH, FSH, Estradiol) = Rp 1,234,000