Sabtu sore lalu (21 Feb) istri haid, saya menenangkan hati istri yang sedih melewati tahap ini. Sebelumnya kami diharuskan kontrol ke Omni di hari pertama atau kedua haid, namun karena jadwal dokter di hari Sabtu hanya dari jam 9 sampai 12 dan Minggu libur, jadi kami baru bisa datang Senin.
Saya pun memutuskan menghubungi dokter Caroline untuk menanyakan langkah apa yang harus kami lakukan sebelum bertemu Senin nanti, namun dokter hanya menyuruh kami datang saja. Siklus haid kali ini adalah 32 hari dari haid sebelumnya tanggal 21 Januari.
Senin sore (23 Feb) setelah saya pulang kantor, kami langsung bertemu dokter Caroline di RS Omni Pulomas, dokter mengecek dengan USG untuk memastikan bahwa telurnya sudah pecah semua yang menyebabkan terjadinya haid tersebut.
Dokter menyarankan untuk mencoba inseminasi yang kedua, tentunya dengan dosis obat yang lebih tinggi, kali ini kami diberikan resep obat Gonal-f 900 IU untuk dipakai selama 9 hari, jadi nanti mulai haid hari kedua (h+2) istri akan kembali disuntik Gonal-f dengan dosis 100 IU/hari selama 9 hari sampai haid hari kesebelas (h+11).
Karena saat kontrol ini istri sudah haid hari ketiga, dan minum obat seharusnya dimulai saat haid hari kedua, jadi istri akan skip satu siklus.
Bila nanti inseminasi kedua ini juga gagal, kami memilih untuk tindakan Laparascopic Ovarian Drilling (LOD) dengan pertimbangan biaya yang lebih ringan, yaitu sekitar 40 jutaan, sedangkan bila tindakan In Vitro Fertilization (IVF) atau bayi tabung dengan dokter Caroline sekitar 60 sampai 80 jutaan.
Total investasi = Rp 693,900
Biaya di rumah sakit:
Jasa dokter rawat jalan = Rp 350,000
USG transvaginal tanpa print = Rp 168,000
Administrasi rawat jalan = Rp 35,000
Disposable USG = Rp 3,400
Penjualan resep farmasi rawat jalan = Rp 137,500
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment